Arthur Conan Doyle: Kembalinya Sherlock Holmes
“Anda kaget melihat saya, sir,” katanya dengan suara sengau yang sangat ganjil. Kuakui, aku memang kaget.
“Begini, sir, saya merasa bersalah, dan ketika secara kebetulan saya melihat Anda memasuki rumah ini, saya pikir saya sebaiknya masuk ke sini untuk berterima kasih kepada Anda yang telah berbaik hati memungutkan buku-buku saya yang berserakan di tanah, sekaligus memohon maaf atas perlakuan saya tadi yang tidak ramah dan agak kasar.”
“Anda terlalu membesar-besarkan hal yang sepele,” kataku “Bolehkah saya bertanya bagaimana Anda tahu tentang saya?”
“Baiklah, sir, semoga saya tak terlalu lancang, saya adalah tetangga Anda. Saya punya toko buku kecil di ujung Church Street. Saya sangat senang dapat bertemu dengan Anda. Siapa tahu Anda juga suka mengumpulkan buku-buku, sir. Ini, ada British Birds, Catullus, dan The Holy War—masing-masing harganya murah sekali. Dengan menambahkan lima buku saja, rak kedua Anda itu akan penuh. Kalau melompong begitu jadinya kurang rapi, kan?”
Kupalingkan kepalaku ke arah rak di belakangku, dan ketika kepalaku berbalik lagi, Sherlock Holmes sedang berdiri di depan meja tulisku sambil tersenyum kepadaku. Aku sangat terkejut hingga terlompat berdiri dan menatap sosok di hadapanku itu dengan mata melotot selama beberapa detik. Kemudian aku tak sadarkan diri—untuk pertama kali dan mungkin hanya sekali itu dalam hidupku. Apa yang kurasakan selanjutnya adalah adanya secercah kabut abu-abu yang melayang berputar-putar di depan kedua mataku. Dan ketika penglihatanku menjadi semakin jelas, kudapati kerah bajuku telah dilonggarkan dan rasa brendi pada bibirku. Sherlock sedang membungkukkan badannya dekat kursi tempat aku terjatuh sambil menggenggam
sebuah botol di tangannya.
“Sobatku, Watson,” terdengar suaranya yang tidak asing lagi di telingaku, “aku mohon beribu-ribu maaf kepadamu. Aku sungguh tak menduga bahwa aku akan mengejutkanmu sedemikian rupa “
Aku meraih lengannya.
Halaman: iv + 96