Lewis Carroll: Alice di Negeri Ajaib
Lalu ia pun sebisa mungkin membayangkan (karena cuaca panas membuatnya mengantuk dan merasa bodoh), betapa akan lebih menyenangkan bila ia merangkai bunga-bunga aster saja. Pada saat itulah, tiba-tiba muncul seekor Kelinci Putih bermata merah jambu mendekatinya.
Sungguh, awalnya tak ada yang istimewa dari kelinci itu. Bahkan ketika terdengar suara si kelinci berseru, “Ya ampun, ya ampun! Aku terlambat!” (Alice mestinya heran ketika ia memikirkan ulang hal itu. Tapi waktu itu ia memang menganggap kelinci itu biasa-biasa saja). Baru ketika si kelinci mengambil arloji dari saku mantelnya dan melihat sekilas arloji itu lalu cepat-cepat berlari, Alice mulai tertarik dan bangkit berdiri. Tak pernah terlintas sebelumnya bahwa ia akan bertemu seekor kelinci yang memakai mantel dan membawa arloji. Dengan rasa penasaran Alice lalu mengikuti kelinci yang berlari ke halaman. Untungnya, si kelinci masih terlihat saat hendak masuk ke sebuah lubang di bawah tanaman pagar.
Sungguh, awalnya tak ada yang istimewa dari kelinci itu. Bahkan ketika terdengar suara si kelinci berseru, “Ya ampun, ya ampun! Aku terlambat!”
Alice kemudian mengejar dan ikut masuk ke dalam lubang itu tanpa berpikir bagaimana ia bisa keluar nanti. Meluncur ke bawah, terus dan terus ke bawah. Mungkinkah akan berhenti?
“Saat ini aku sudah meluncur seberapa dalam ya kira-kira?” gumam Alice. “Pasti aku sudah melewati dasar bumi. Ah, coba kutebak. Mungkin sudah enam ribu kilometer”. (Alice sudah belajar beberapa hal tentang perhitungan jarak di sekolah. Meskipun saat itu bukan waktu yang tepat untuk pamer kemampuan, toh tidak akan ada yang mendengar. Tapi biarlah itu menjadi latihan menghitung jarak bagi Alice). “Ya, mungkin sedalam itu. Tapi, berapa Garis Bujur dan Garis Lintangnya, ya?” (Alice belum paham arti Garis Bujur dan Garis Lintang, tapi ia pikir istilah itu keren diucapkan).
Halaman: iv + 96